No Widgets found in the Sidebar

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan menilai pengendalian Covid 19 saat musim mudik Lebaran 2022 berjalan baik. Meski ada kekhawatiran potensi lonjakan kasus Covid 19 usai mudik Lebaran 2022, ia memastikan pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Berdasarkan data yang dihimpun, sekitar 85 juta pemudik kembali telah ke kota masing masing saat arus balik Lebaran 2022.

"Pemerintah siap dengan semua skenario. Meskipun, kita cukup percaya bahwa kebijakan pelonggaran mudik tahun ini sudah tepat. Risikonya cukup terukur dan termitigasi dengan baik," kata Budi Gunawan dalam keterangan tertulis, Minggu (8/5/2022). Budi mengatakan, pemerintah telah mematangkan prosedur penanganan peningkatan penularan Covid 19 apabila terjadi lonjakan. Seluruh fasilitas kesehatan, SDM, obat, serta peralatan telah disiagakan untuk mengatasi kemungkinan tersebut. "Bisa dibayangkan betapa tingginya intensitas interaksi sosial yang berlangsung selama libur Lebaran ini, dan betapa tinggi risikonya bila tidak termitigasi dengan baik sejak awal," kata Budi yang juga penggagas Medical Intelligence di Tanah Air.

Budi percaya, pelonggaran aktivitas mudik setelah dua tahun ditiadakan merupakan langkah yang tepat. Berbagai indikator penanganan pandemi memang sudah mendukung sehingga penularan Covid 19 bisa dikendalikan. Langkah antisipasi itu sudah digencarkan sebulan jelang mudik. Terbukti, tren perbaikan status pandemi berlangsung konsisten. Bahkan saat mencapai puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 dengan angka 64.718 kasus harian, angka itu terus mengalami penurunan. Hal iti turut diiringi dengan tren kenaikan jumlah pasien sembuh harian yang selalu lebih tinggi.

Sementara Positivity Rate juga berangsur menurun dan stabil di bawah 5 persen sebagaimana standar aman WHO. Tingkat keterisian (BOR) rumah sakit yang sempat di atas 60 persen juga semakin melandai tinggal satu digit. Tren positif itu kemudian berlanjut pada Maret 2022 di mana 99,2 persen penduduk Indonesia memiliki antibodi yang baik, sekitar 7.000 8.000. "Hal ini menunjukkan, kombinasi antara percepatan vaksinasi dan pengendalian sosial tanpa lockdown total yang diinstruksikan Presiden terbukti berhasil," imbuh Budi.

Budi juga menyebut, tren positif ini merupakan skenario terbaik di mana pemerintah telah melakukan langkah langkah antisipasi yang baik. Maka, langkah dari pandemi menjadi endemi bisa diupayakan terealisasi. "Pada skenario terbaik, yaitu tidak muncul varian baru yang lebih ganas dibanding Delta, maka kita percaya sudah berada di jalur yang tepat menuju akhir pandemi, lalu bertransisi menuju endemi," imbuh dia. Budi juga mengungkapkan kunci kesuksesan ini tak lepas dari percepatan vaksinasi dan dosis booster yang harus dilanjutkan. Jika di masa endemi nanti, Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan untuk membangun kemandirian vaksin, obat obatan, serta mengembangkan medical intelligence untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya virus atau biopatogen lain.

"Menghadapi pandemi selama hampir tiga tahun cukup memberikan pelajaran bagi kita untuk membangun kemandirian ini. Termasuk antisipasi dampak ikutan seperti long covid dan fenomena hepatitis akut pada anak dan remaja yang pasukan medical intelligence kami monitor perkembangannya setiap hari baik global maupun lokal," tutup Budi.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *